GOA KEABADIAN
Karya: Muhajir Syam
Satu harap sejuta derap
Mengunduh arasy dalam dekap
Antara ada dan tiada harap itu diungkap
Dalam bingkai mulia tersingkap
Ada nokta dalam rahim mulia tertancap tak terucap
Nokta itu ada dan semakin nyata
Membentuk raga dalam hitungan masa
Sembilan bulan bukan waktu sebentar dalam titiwangsa
Nuthfah menjadi darah
Dalam tiga puluh pertama
Darah menjadi segumpal daging
Dalam tiga puluh kedua
Daging itu di poles jadi raga indah mulia
Dalam tiga puluh ketiga
Ruh kehidupan ditiup bersama suratan taqdir
Yang siap mengalir dalam episode pertama hingga akhir
Tepat di tiga puluh ke empat
Tanda-tanda kehidupan itu ada
Dalam goa abadi
Raga aktif itu memutar tubuh
Menerjang dinding langit perut Ibu
Sejuta sabar tersebar mengakar
Segenap daya dan semangat
membakar
Antar Si Pertapa keluar menakar
Dunia dalam irisan memoar
Abadi selamanya
Ganding, 19 Oktober 2020
MUTIARA YANG BERSERAK
Karya: Muhajir Syam
Ibu manusia serba bisa
Antar raga dengan segenap
upaya
Tentang apa dan bagaimana
untuk anaknya
Ibu yang selalu mengajar kita
Melihat sisi positip dari
setiap yang ada
Mengambil pelajaran dari yang
dikerja
Tanpa bertanya siapa kita
Ibu yang selalu mendidik kita
Menghargai kerja keras
Menapaki gunung bercadas
Bukan bermalas-malas
Ibu yang menuntun kita
Menghadapi segala konsekwensi
dari yang di rencana
Bukan menghindar atau berlari
dari kenyataan yang ada
Ibu yang selalu memberi ushwah
kita
Bagaimana dasar-dasar kebaikan
itu ada
Jauhkan iri dunia dari insan
berpunya
Karena sejatinya kaya
Adalah apa yang kita punya
Ibu yang selalu membakar lemak
pekat
Wujudkan ingat akan pentingnya
semangat
Tiada sukses tanpa keringat
Tanpa penat
Ibu yang selalu siaga
Dampingi dan menempa kita
Siap menghadapi masa depan
ceria
Tanpa keluh kesah
Ibu yang dengan tekun
Menjadi penuntun
Bagaimana anak-anaknya menjadi
santun
Ibu yang selalu setia
Ajarkan kita mencinta tanpa
dusta
Mengeluh tanpa kata
Menangis tanpa air mata
Dalam meraih serpihan mutiara
Percaya diri merajut mutiara
indah
Menjadi batu bermutu di surga
Ganding, 21 Oktober 2020
![]() |
1C1CHBD_idID1031ID1031&oq |
AIR MATA CINTA
Karya: Muhajir
Syam
Terseduh dalam pilu
Ratapi nasib tak bertalu
Entah kapan mentari pagi berlabuh
Sesak dada camar terasa
Terasing dalam kumpulan massa
Menatap binar rembulan senja
Tak mengenal rona
Siapa mereka
Lelah hati tangisi takdir ilahi
Seakan ketidak adilan diratapi
Dalam setiap serpihan nasib yang
diraih
Keadilan Tuhan terabai
Oleh keangkuhan diri
Tuhan…..!
Kenapa Kau takdirkan Aku jauh dari
keluarga
Lelah teteskan air mata
Saat rindu membuncah
Kini Permata yang kurindu
Indah dalam dekapan bisu
Meski kedatangannya hanya untuk
pergi selamanya
Teteskan air mata cinta
Dalam genangan jiwa
Hanya surga tempat terindah yang ku
damba
Untuk kembali memeluknya dalam
bingkai rida
Ganding, 23 Desember 2021
Keren sekali
BalasHapus