RESTUMU AZIMAT HIDUPKU
Karya: Muhajir Syam
Analekta kata terberai
Larut dalam cengkraman duka
Saat gerhana hiasi relung jiwa
Sungguh anakmu lemah
Dan terlalu lemah
Saat darah segarmu berhenti mengalir
Detak jantung pun terombang
Entah kemana sandarkan pegang
Bibirpun keluh
Tak mampu mengulas rasa
Tuk sekedar menguak secuil nilai
Bahtera kasih sayangmu
Embun pagi tak mampu memberi cerah
Saat wajah sayu tertutup kafan merah
Restu yang selama ini menyatu
Dalam detak jantungmu
Menggapai angin suka menghempas duka
Dari semua asa yang dicita
Kini sirna dalam hembusan angin
surga
Semoga anakmu mampu wujudkan damba
Dari semua yang bunda cita
Semoga taman surga jadi tempat
terindah
Untukmu permata hatiku
“Selamat Hari Ibu 22 Desember 2021”
Ganding, 22 Desember 2021
RINDU SENYUM BUNDA
Karya: Muhajir Syam
Setiap himpit masalah menjepit
Raut wajah itu berkelindan
Ingatkan Nanda akan karunia Tuhan
Pancuran kasih sayang
Mengalir deras tak kenal musim
Aliri oase hati nan gersang
Ibu…
Kini kau telah tiada
Menggulung cinta dalam pusara
Anakmu tak lelah mengemis rintik do’a
Dalam tiap asa yang dicita
Karomah senyum yang dulu ada
Menjadi kenang yang sering sesakkan dada
Aku tak berdaya
Menggapai rasa itu kembali
Hanya rindu yang selalu membuncah
Dalam derai air mata
Penuh sesal tak terkira
Kenapa senyum itu tak bisa kuikat
Dalam lembaran kisah yang pernah ada
Semoga senyummu dan senyumku
Berpadu dalam ridla menuju surga
Ganding, 27 Desember 2021
DIAMMU PERMATAKU
Karya: Muhajir Syam
Tubuh rentah berkharisma
Tiap langkahnya penuh permata
Sosok miskin retorika
Tetesan
kata-katanya menjadi analekta
Menyentuh menusuk jiwa pemburu
sabda
Ayah…..
Kau tokoh panutan nan bersahaja
Tujuh tahun kuselami samudera
hikmah
Berharap mutiara kata
Bersimpul rimah berbalut diksi
indah
Namun aku gagal pahami narasi
yang ada
Diam itu permata
Itulah bahasa tubuh yang utuh
Yang terekam dalam benakku yang
luguh
Betapa sulitnya wejangan kata
Demi hindarkan diri dari pisau
lidah
Menggores hati walau tak sengaja
Tak ada upaya menghias diri
Dengan kata yang tak pasti
Insan sejati mengukur diri
Dengan introspeksi tiada henti
Setelah kau tiada baru kupahami
Bahwa hidup tak perlu legitimasi
diri
Ganding, 06 Desember 2021
Tidak ada komentar:
Posting Komentar