Jumat, 03 Februari 2023

MERTUA, SOSOK AYAH BERSAHAJA PANUTAN JIWA


Fungsi Ayah bagi seorang anak, bukan hanya sebagai tulang punggung dalam mencari nafkah dan pelindung keluarga, melainkan sebagai sosok yang bisa membentuk karakter positif dalam dirinya. Mencari figur idola menjadi keniscayaan bagi setiap anak. Namun tidaklah begitu yang terjadi pada Penulis. Kehilangan sosok Ayah dan Ibu di dua tahun usinya, membuat tumbuh kembangnya diusia anak-anak menuju remaja tak menemukan arah. Masa-masa surampun menimpa, aneka kenakalan remaja menghiasi perilakunya, bermacam dampak psikis bergejolak dalam jiwanya.

Kisah kelam masa lalu tidak membuat penulis tenggelam. Dia berusaha bangkit menuju takdir mubram. Menjerumuskan diri ke dunia pesantren menjadi serpihan kisah indah pertaubatan dan perbaikan diri yang membanggakan. Sosok-sosok idola terpajang jelas dari para guru multi talenta dan ikhlas. Saat itulah hati kecilnya yang yang penuh duka lara, mulai menerima asupan gizi bahagia dan menyadari betapa Tuhan amatlah mudah untuk merubah hati dan nasib setiap hamba-Nya.

Hamparan cita-cita memenuhi relung jiwanya. Mata batinnya selalu berucap bahwa bahagia terlihat jelas di pintu-pintu ilmu yang didapat. Sepuluh tahun menuntut ilmu dari satu tempat ketempat yang lain terasa singkat. Meski ahirnya harus relah terjatuh nikmat dalam pelukan istri tersayang.

mediaguru.id


Hampir tiga puluh tahun Penulis terlelap dalam pencarian figur ayah yang tak kunjung didapat. Ahirnya Tuhan pertemukan Penulis dengan seorang figur maha kuat dalam memberi suri tauladan yang dapat mengantarkan kita pada hakekat penciptaan-Nya. Sebagaimana firman tuhan yang tersirat dalam surat Adz-zariyat ayat 56 yang artinya; ”Dan aku tidak menciptakan jin manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.

Aktifitas harian Abu Bakar (Ayah mertuanya) hampir sembilan puluh persen tercurahkan untuk ibadah. Selain salat, ngaji dan dzikir ada kegiatan bersih-bersih rumah dan istirahat sebentar untuk membugarkan tubuhnya. Rutinitas siang sebagai pengajar sukarela Madrasah Diniah, sedang malam mengajar ngaji di mushalla. Tak ada kesibukan kerja yang yang secara kasat mata bisa menghasilkan uang untuk keluarga. Hidup miskin, makan dan berpakaian apa adanya menjadi teladan kebersahajaannya.

Dari binar wajahnya, sepertinya tak pernah terbesit sedikitpun dalam benaknya bahwa besok mau makan apa, kedua anaknya yang sekolah mau dikasih uang jajan berapa dan urusan dapur istri mau di beri uang belanja berapa. Dari pasrahnya dalam urusan dunia, seolah ayah berkata aku hanya bekerja kepada Allah dan minta gaji langsung kepada Allah. Dan penulis meyakini bahwa Ayah tenggelam dalam janji Allah sebagaimana yang tertera dalam Al-qur’an Surat Hud Ayat:6 yang artinya;

Dan tiada satupun mahluk yang melata di muka bumi melainkan Allah yang menjamin rizkinya.”

Pada tahun 2006 Penulis resmi menjadi menantu dan berkumpul dengan Ayah. Sebagai santri mellinial, Penulis sempat meneliti dan tak habis pikir dari mana datangnya rizki yang Ayah miliki untuk menghidupi keluarga. Punya hasil tabungan deposito tak mungkin, punya hasil sawah ladang juga engga’, banyak tamu yang suwan layaknya tokoh agama yang lain juga tidak. Penulis lupa bahwa Tuhan senantiasa memberi rizki yang tidak diketahui darimana datangnya (bihaytsu la yahtasib) untuk hamba-Nya yang bertaqwa(QS.at-Thalaq:3).

            Betapa banyak serpihan mutiara tauladan yang Penulis dapat dari ayah, sehingga selama beliu masih hidup lembaran-lembaran ilmu tentang hakekat hidup dan kehidupan setiap waktu bisa jadi pelajaran yang berarti. Lembaran ilmu itu antara lain;

1. Sedikit bicara dan tidak bicara hal yang tidak berfaedah

2. Sabar dan qana’ah melekat dalam kepribadiannya

3. Tidak makan sebelum lapar (sarapan jam dua siang dan makan habis isyak)

4. Mengedepankan uswah dari pada nasehat lisan

5. Tak pernah bosan mendidik keluarga kejalan yang benar

6. Tak terpengaruh dangan gemerlapnya harta dan tahta

7. Mengabdi pada masyarakat sepenuh hati tanpa pamrih

8. Tidak gila hormat

9. Melayani masyarakat tanpa membeda-bedakan strata sosial

10. Tekun beribadah dan berdo’a

            Penulis berharap dan berdo’a semoga bisa mengenang dan menjalankan suri tauladan yang diberikan, dan kami semua dapat barokah ilmunya, amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Featured Post

KEKUATAN KARAKTER YANG LAHIR DARI SIFAT SABAR DAN TAWADLU’ (Edisi Lanjutan......!)

35. Mind Set (Pola Pikir)   Tikungan maut kolam bertanggul  Berguling mobil bermotif batik  Lingkungan baik dalam bergaul  Menggiring kita h...