Fungsi Ayah bagi seorang anak, bukan hanya
sebagai tulang punggung dalam mencari nafkah dan pelindung keluarga, melainkan
sebagai sosok yang bisa membentuk karakter positif dalam dirinya. Mencari figur
idola menjadi keniscayaan bagi setiap anak. Namun tidaklah begitu yang terjadi
pada Penulis. Kehilangan sosok Ayah dan Ibu di dua tahun usinya, membuat tumbuh
kembangnya diusia anak-anak menuju remaja tak menemukan arah. Masa-masa surampun
menimpa, aneka kenakalan remaja menghiasi perilakunya, bermacam dampak psikis
bergejolak dalam jiwanya.
Kisah kelam masa lalu tidak membuat penulis
tenggelam. Dia berusaha bangkit menuju takdir mubram. Menjerumuskan diri
ke dunia pesantren menjadi serpihan kisah indah pertaubatan dan perbaikan diri
yang membanggakan. Sosok-sosok idola terpajang jelas dari para guru multi
talenta dan ikhlas. Saat itulah hati kecilnya yang yang penuh duka lara, mulai
menerima asupan gizi bahagia dan menyadari betapa Tuhan amatlah mudah untuk
merubah hati dan nasib setiap hamba-Nya.
Hamparan cita-cita memenuhi relung jiwanya. Mata
batinnya selalu berucap bahwa bahagia terlihat jelas di pintu-pintu ilmu yang
didapat. Sepuluh tahun menuntut ilmu dari satu tempat ketempat yang lain terasa
singkat. Meski ahirnya harus relah terjatuh nikmat dalam pelukan istri
tersayang.
![]() |
mediaguru.id |
Hampir tiga puluh tahun Penulis terlelap dalam
pencarian figur ayah yang tak kunjung didapat. Ahirnya Tuhan pertemukan Penulis
dengan seorang figur maha kuat dalam memberi suri tauladan yang dapat
mengantarkan kita pada hakekat penciptaan-Nya. Sebagaimana firman tuhan yang
tersirat dalam surat Adz-zariyat ayat 56 yang artinya; ”Dan aku tidak
menciptakan jin manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.”
Aktifitas harian Abu Bakar (Ayah
mertuanya) hampir sembilan puluh persen tercurahkan untuk ibadah. Selain salat,
ngaji dan dzikir ada kegiatan bersih-bersih rumah dan istirahat sebentar untuk
membugarkan tubuhnya. Rutinitas siang sebagai pengajar sukarela Madrasah
Diniah, sedang malam mengajar ngaji di mushalla. Tak ada kesibukan kerja
yang yang secara kasat mata bisa menghasilkan uang untuk keluarga. Hidup
miskin, makan dan berpakaian apa adanya menjadi teladan kebersahajaannya.
Dari binar wajahnya, sepertinya tak
pernah terbesit sedikitpun dalam benaknya bahwa besok mau makan apa, kedua
anaknya yang sekolah mau dikasih uang jajan berapa dan urusan dapur istri mau
di beri uang belanja berapa. Dari pasrahnya dalam urusan dunia, seolah ayah
berkata aku hanya bekerja kepada Allah dan minta gaji langsung kepada Allah.
Dan penulis meyakini bahwa Ayah tenggelam dalam janji Allah sebagaimana yang
tertera dalam Al-qur’an Surat Hud Ayat:6 yang artinya;
“Dan tiada satupun mahluk yang melata
di muka bumi melainkan Allah yang menjamin rizkinya.”
Pada tahun 2006 Penulis resmi menjadi
menantu dan berkumpul dengan Ayah. Sebagai santri mellinial, Penulis sempat
meneliti dan tak habis pikir dari mana datangnya rizki yang Ayah miliki untuk
menghidupi keluarga. Punya hasil tabungan deposito tak mungkin, punya hasil
sawah ladang juga engga’, banyak tamu yang suwan layaknya tokoh agama
yang lain juga tidak. Penulis lupa bahwa Tuhan senantiasa memberi rizki yang
tidak diketahui darimana datangnya (bihaytsu la yahtasib) untuk hamba-Nya
yang bertaqwa(QS.at-Thalaq:3).
Betapa banyak serpihan mutiara tauladan
yang Penulis dapat dari ayah, sehingga selama beliu masih hidup
lembaran-lembaran ilmu tentang hakekat hidup dan kehidupan setiap waktu bisa
jadi pelajaran yang berarti. Lembaran ilmu itu antara lain;
1. Sedikit bicara dan tidak bicara hal yang
tidak berfaedah
2. Sabar dan qana’ah melekat dalam
kepribadiannya
3. Tidak makan sebelum lapar (sarapan jam dua
siang dan makan habis isyak)
4. Mengedepankan uswah dari pada nasehat
lisan
5. Tak pernah bosan mendidik keluarga kejalan
yang benar
6. Tak terpengaruh dangan gemerlapnya harta dan
tahta
7. Mengabdi pada masyarakat sepenuh hati tanpa
pamrih
8. Tidak gila hormat
9. Melayani masyarakat tanpa membeda-bedakan strata
sosial
10. Tekun beribadah dan berdo’a
Penulis berharap dan berdo’a semoga
bisa mengenang dan menjalankan suri tauladan yang diberikan, dan kami semua
dapat barokah ilmunya, amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar