Jumat, 03 Februari 2023

PUSARA BUNDA MEMPERSATUKAN KITA


Setiap irisan takdir yang Tuhan berikan kepada hamba-Nya pasti mengandung butiran mutiara hikmah yang luar biasa. Kemampuan setiap orang untuk memahami sebuah hikmah itu tidaklah sama. Ada yang memiliki kemampuan cepat memahami dan menikmati hikmah itu, ada juga yang lamban dan memaki apa yang  menimpa.

Dari empat bersaudara, Penulis adalah anak yang paling terdampak Tenaga Kerja Wanita (TKW) pemburuh ringgit di Negeri Jiran. Sejak dua tahun usianya hingga dewasa di tinggal orang tua, dengan kesempatan yang dimiliki untuk bertemu sekedar melepas kangen paling cepat lima tahun bahkan delapan tahun sekali. Kondisi pahit seperti ini Saya alami bersama seorang adikku. Sementara dua adikku yang lain lahir dan hidup bersama kedua orang tua di Malaysia.

Setelah kita semua dewasa, kembali takdir menyeret Aku dan Adikku dari Pulau kecil Bawean ke hamparan alam yang semakin luas. Aku kawin dan menetap di ujung Pulau Garam Madura, sementara Adikku kawin ke Tulungagung dan bekerja di Batam. Posisi Batam yang dekat dengan Malaysia, memberi kesempatan Pada Adik untuk mengunjungi Ibu ke Malaysia tiap tahun. Sementara kesempatan yang ku miliki masih seperti dulu.

Goresan takdir yang di titah harus kita terima sepenuh jiwa. Salah satu hikmah yang penulis dapatkan dari jarangnya hidup dan berkumpul dengan orang tua, yakni sedikitnya dosa kepada mereka. Namun sebaliknya, aku adalah anak yang sangat minim berbakti kepada kedua Orang Tua. Meski raga tak pernah bersua tapi hati kita selalu erat terikat dalam untaian do’a yang terangkat.

Ayah, Ibu dan Kedua Adikku semua sudah menjadi Warga Tetap Malaysia. Rumah dan mata pencaharian mereka semua di Malaysia. Mustahil rasanya jika Aku berharap Mereka bisa hidup di tengah-tengah keluargaku. Setiap selesai salat ku tak bosan berdo’a semoga Tuhan masih memberi kesempatan padaku tuk berbakti pada kedua Orang tua dengan cara terbaik-Nya.

Bulan empat tahun 2020 awal-awal corona melanda. Nenekku di Bawean sakit keras. Ibu pada waktu itu langsung memutuskan untuk pulang kampung menjengok Nenek, Aku dan keluarga kecilku juga pulang kampung. Kita semua berjumpa di Bawean dan alhamdulillah Allah memberi kesembuhan pada Nenek. Satu minggu Aku di Bawean, ahirnya Aku dan keluarga kecilku memutuskan untuk kembali ke Madura.

Setelah tiga hari Ibu di Bawean, di Malaysia di tetapkan Luckdown sehingga Ibu tidak bisa kembali sesuai rencana. Inilah awal skenerio Tuhan pada hamba-Nya. Terlalu berat menahan beban perasaan dengan anak-anaknya yang ditinggal di Malaysia membuat Ibu jatuh sakit. semua anak-anaknya memutuskan untuk merujuk Ibu ke rumah sakit Ibnu Sina Gresik setelah dua minggu sebelumnya sudah menjalani perawatan intensif tiga rumah sakit di Pulau Bawean.

Satu minggu di Ibnu Sina, kondisi Ibupun semakin baik dan diperbolehkan rawat jalan. Dengan kondisi Ibu yang masih lemah, aku rembuk dengan keluarga agar Ibu di izinkan untuk aku bawa ke Sumenep Madura. Setelah semua setuju, aku dan Istriku membawa Ibu ke Sumenep.

Tiga hari di rumah kondisi Ibu bukannya membaik, malah semakin memburuk. Akupun buru-buru membawa Ibu ke rumah sakit Pamekasan. Setelah satu minggu menjalani perawatan sesuai standar covid-19, Ibu di nyatakan sehat dan boleh di bawak pulang. Aku dan adikku sangat senang melihat kondisi Ibu yang semakin membaik, Adikpun memutuskan kembali bekerja ke Papua. Sepuluh hari berikutnya Ibu sudah bisa keluar rumah sendiri tanpa di pegang. Keberuntungan telah Allah berikan kepadaku. Do’aku selama ini telah di ijabah. Detik-detik terahir hidupnya berada di pangkuanku. Dua puluh hari kondisi Ibu benar-benar telah pulih. Aku dan istriku tinggal menjaga rutinitas makannya. Keluar masuk jeding sudah bisa sendirian tanpa harus dipegang.

Terjatuh dari pembaringan menjadi penyebab kondisi ibu drop lagi. Semakin hari kondisinya semakin memprihatinkan. Adik yang bekerja di Papua pun kembali pulang. Sementara kedua adikku yang lain tak bisa pulang karena korona. Setelah adik datang, Ibu langsung dilarikan ke rumah sakit PT Garam Kalianget Sumenep. Ibu kembali di bawak pulang setelah tidak ada harapan untuk kesembuhannya, ternyata Ibu sudah menjalani takdirnya untuk menghembuskan nafas terahirnya di tengah-tengah keluargaku persis setelah mobil ambulance yang mengahantarnya kembali.

Jasad itu telah di kebumikan di pemakaman yang dekat dengan keluarga besar Istriku. Saat itulah aku baru sadar bahwa Allah bukan hanya membuka pintu baktinya padaku melainkan juga meng amanahkan pusara Ibu padaku dan keluarga di Madura.

“Tiada yang tau dibumi mana kita akan di kuburkan.” Begitu bunyi penggalan  Alqur’an Surat Lukman ayat 34.

dokumenpribadi.id

 

Pusara akan menjadi pengingat bahwa keberadaan kita di dunia karena keberadaan orang yang ada di dalamnya. Pusara juga akan mengingatkan kita pada kematian yang sama. Pusara juga bisa menjadi pemersatu keluarga yang hidup di lintas pulau bahkan lintas negara, Insya Allah. Do’a padamu aku wajibkan minimal setiap selesai salat lima waktu. Tapi setiap hari jum’at kudatangi pusaramu, bukan untuk menyembah kuburmu tapi untuk menakar betapa keberadaanmu sangat berarti bagiku. Semuga Ibu tenang di surga-Nya. Amin…amin…amin Ya, Mujibassailin.


1 komentar:

Featured Post

KEKUATAN KARAKTER YANG LAHIR DARI SIFAT SABAR DAN TAWADLU’ (Edisi Lanjutan......!)

35. Mind Set (Pola Pikir)   Tikungan maut kolam bertanggul  Berguling mobil bermotif batik  Lingkungan baik dalam bergaul  Menggiring kita h...