“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu
dari api neraka.” (QS at-Tahrim:6).
Rasulullah SAW bersabda yang artinya:
“Setiap anak yang dilahirkan pasti dalam keadaan fitrah
(suci/islam), lalu ayah dan ibunya yang dapat menentukan kelak ia beragama
Yahudi, Nasrani, ataupun Majusi.”
Dalam hadisnya yang lain, Rasulullah juga bersabda:
“ Masing-masing dari kalian adalah pemimpin, dan masing-masing dari
kalian akan dimintai pertanggung jawaban atas apa yang di pimpinnya. Imam
(Pemimpin negara) adalah pemimpin yang akan dimintai pertanggung jawaban atas
rakyatnya, Laki-laki adalah pemimpin atas keluarganya dan dimintai pertanggung
jawaban atas yang di pimpinnya, Dan perempuan itu adalah pemimpin di rumah suaminya
dan di mintai pertanggung jawaban atas yang di pimpinnya.”
Satu ayat Alqur’an dan dua hadis di atas setidaknya menjadi dalil
yang kuat kenapa orang tua harus memilih lingkungan dan pendidikan yang baik
untuk anaknya, agar agama anaknya bisa terjaga dan tanggung ajawab orang tua
bisa terpenuhi. Di antara lingkungan dan tempat pendidikan yang paling baik
untuk anak adalah Pondok Pesantren.
Apa untungnya memondokkan anak ke Pondok Pesantren? Penulis bisa
menjelaskan disini sebagaimana yang tertuang dalam Buku Panduan Wali Santri
(Penerbit Sidogiri, Hal;17). Ada 11 keuntungan memondokkan anak ke Pondok
pesantren, diantaranya:
1. Orang tua telah memenuhi
tanggungjawab pendidikan anak khususnya
dalam bidang pendidikan agama.
2. Anak telah memenuhi kewajiban dalam
mencari ilmu agama.
3. Anak belajar ilmu agama langsung kepada
para Kiai dan Ustadz yang jelas sanad keilmuannya.
4. Anak akan mendaptkan ilmu agama yang bisa
menyelamatkan dirinya di dunia dan akherat.
5. Anak hidup dilingkungan pesantren yang
kental dengan belajar ilmu agama, ibadah dan akhlak al karimah.
6. Anak mendapatkan pendidikan dan
pengawasan langsung dari para Kiai dan Ustdz.
7. Anak aman ari pergaulan bebas,
obat-obatan terlarang dan kenakalan remaja.
8. Anak belajar mandiri, sederhana dan
hemat.
9. Anak belajar hidup bermasyarakat, karena
kehidupan pesantren adalah miniature kehidupan di masyarakat.
10. Anak hidup bersama dengan santri laindari
berbagai dareah dan suku sehingga dapat memperluas wawasan dan pergaulannya.
11. Anak menjadi penerus dakwah dan
perjuangan para Ulama dan Rasulullah SAW.
Di Indonesia, terdapat puluhan ribu Pondok Pesantren. Bagaimana
caranya kita untuk memilih Pondok untuk tempat pendidikan anak? Setidaknya ada
enam hal yang harus diperhatikan orangtua dalam menghadapi pilihan yang kadang
membingungkan dalam memilih Pondok Pesantren.
1. Pilih Pondok yang pendidikan lebih tinggi
dan lengkap dari pondok lainnya.
Karena
anak akan mendapatkan ilmu yang lebih tinggi dan lengkap di pondok tersebut.
2. Pilih pondok yang citranya baik.
Karena
pondok yang citranya baik lebih terjaga dari hal-hal yang di larang agama,
sebab di pondok tersebut anak akan belajar wara’ dan menjaga diri dari hal-hal
yang di larang agama.
3. Pilih pondok yang usianya lebih tua.
Pondok
yang usianya lebih tua telah terbukti kualitasnya sehingga bisa bertahan lama,
telah banyak mengeluarkan alumni yang mumpuni dan lebih berpengalaman dalam
mendidik santri.
4. Pahami Situasi dan Kondisi Pesantren .
Sebaiknya
orangtua melihat dan memahami dahulu sistuasi dan kondisi pesantren yang di
pilih, agar mendapatkan gambaran yang sebenarnya. Terutama yang berkenaan
dengan kurikulum, kegiatan, biaya dan fasilitas pesantren.
5. Bermusyawarahlah terlebih dahulu, meminta
pendapat dan saran kepada Kiai atau Ustadz dan tokoh agama, karena mereka semua
lebih memahami situasi dan kondisi pesantren yang sesuai dengan harapan
orangtua.
6. Sebaiknya orangtua tidak terburu-buru
dalam memilih guru atau pesantren. Karena jika tidak sesuai dengan harapan,
maka akan menyebabkan anak tidak betah sehingga harus berpindah kepada guru
atau pesantren lain. Hal ini akan berakibat pada hilangnya kemamfaatan dan
keberkahan ilmu yang di peroleh. Disamping itu, banyak waktu, tenaga dan biaya
yang terbuang karena harus berpindah-pindah guru atau pesantren.
Kenapa harus Sidogiri menjadi Pilihan?
![]() |
blogger.com |
a. Sejarah Bedirinya PP. Sidogiri
Sidogiri
di babat oleh seorang Sayyid dari Cirebon, Jawa Barat bernama Sayyid Sulaiman.
Beliau keturunan Rasulullah dari Marga Basyaiban. Ayahnya, Sayid Abdurrahman,
adalah seorang perantau dari Negeri tarim, Hadramaut, Yaman. Sedangkan Ibunya
adalah Syarifah Khodijah, Putri Sultan Hasanuddin bin Sunan Gunung Jati.
Pesantren
yang secara turun temurun di Asuh oleh putera-putera terbaik dari keturunan
Rasulullah menjadi alasan pertama kenapa Sidogiri adalah Pesantren yang sangat
cocok untuk tempat anaknya menuntut ilmu.
b. Tahun berdirinya PP.Sidogiri
Ada dua
versi tentang tahun berdirinya Pondok Pesantren Sidogiri, yaitu Tahun 1718 dan
1745. Bukti otentik dari keduanya ada, yaitu:
1. Dalam suatu catatan yang di tulis Panca
Warga tahun 1963 yang di tanda tangani KH. Noerhasan Nawawie, KH. Cholil
Nawawie, dan KA. Sakdoellah Nawawie di sebutkan bahwa PP. Sidogiri didirikan
tahun 1718.
2. Dalam surat lain tahun 1971 yang di tanda
tangani oleh KA. Sakdoellah Nawawie, tertulis bahwa tahun 1971 adalah Hari
Ulang Tahun PP. Sidogiri yang ke 226. Dari keterangan ini di simpulkan bahwa
Sidogiri berdiri tahun 1745. Dan dalam kenyataan versi kedua inilah yang di
jadikan patokan dalam menetapkan hari ulang tahun PPS setiap akhir tahun.
Terlepas
mana yang benar, penulis menyimpulkan bahwa Pesantren Sidogiri yang sudah
berumur 274 tahun ini, termasuk salah satu pesantren tertua yang ada di
Indonesia. Artinya pengalaman dalam mendidik santri untuk berhasil sesuai
dengan visi, misi dan tujuan berdirinya pesantren itu sendiri lebih teruji dan
bisa di pertanggungjawabkan.
c. Penanggungjawab Pondok Pesantren Sidogiri
Sejak awal berdirinya, pengelolaan
Pesantren Sidogiri di pegang oleh Kiai
sebagai Pengasuh saja. Kemudian pada kepengasuhan KH. Cholil Nawawie, adik
beliau KH.Hasani Nawawie mengusulkan agar dibentuk wadah permusyawaratan
keluarga yang dapat membantu tugas-tugas pengasuh di samping pengurus pesantren
yang sudah ada.
Setelah usul itu diterima dan di
sepakati, maka dibentuklah satu wadah yang diberi nama “Panca Warga.”
Anggotanya adalah lima putra laki-laki KH. Nawawie bin Noerhasan, yakni;
1. KH. Noerhasan Nawawie (wafat 1967)
2. KH. Cholil Nawawie (wafat 1978)
3. KH. Siradj Nawawie (wafat 1988)
4. KA. Sadoellah Nawawi (wafat 1972)
5. KH. Hasani Nawawie (wafat 2001)
Dalam pernyataan bersamanya, kelima putra
Kiai Nawawie ini merasa berkewajiban untuk melestarikan keberadaan Pesantren
dan bertanggung jawab mempertahankan asas dan ideologi Pesantren Sidogiri.
Setelah tiga anggota Panca Warga wafat,
KH. Siradj Nawawie mempunyai gagasan untuk membentuk wadah baru. Maka
dibentuklah organisasi pengganti yang di beri nama “Majlis Keluarga”, dengan
anggota terdiri dari cucu-cucu laki-laki KH. Nawawie bin Noerhasan.
Ketua Majlis Keluarga pertama sekaligus
Pengasuh adalah KH. Abdul Alim Abd Djalil, sedangkan KH. Siradj Nawawie dan KH.
Hasani Nawawie sebagai penasehat.
Anggota majlis Keluarga (sejak tahun 2021
sd sekarang) adalah:
1. KH. Fuad Noerhasan (Pengasuh, Rais dan
Anggota)
2. D. Nawawy Sadoellah (Katib dan Anggota)
3. KH. Abdullah Syaukat Siradj Alm. (Anggota)
4. H. Bahruddin Thoyyib (Anggota)
Urutan
pengasuh Sidogiri sampai sekarang adalah sebagai berikut.
Sayyid Sulaiman (pertengahan abad ke-18)
K.H. Aminullah (akhir abad ke-18)
K.H. Abu Dzarrin (awal abad ke-19)
K.H. Mahalli (awal abad ke-19)
K.H. Noerhasan bin Noerkhotim
(pertengahan abad ke-19)
K.H. Bahar bin Noerhasan (sampai 1920-an)
K.H. Nawawie bin Noerhasan (sampai 1929)
K.H. Abd. Adzim bin Oerip (1929-1959)
K.H. Abd. Djalil bin Fadlil (1959-1947)
K.H. Cholil Nawawie (1947-1978)
K.H. Abd. Alim Abd. Djalil (1978-2005)
K.H. A. Nawawi Abd. Djalil (2005-2021)
K.H. Fuad
Noerhasan (2021-Sekarang)
Keberadaan Panca warga/Majlis Keluarga
sangat membantu terhadap Pengasuh dalam mengambil kebijakan-kebijakan penting
dalam mengelolah Pesantren. Secara tehnis pengasuh membentuk pengurus di semua
bidang sebagai wakil Kiai dalam mengurus Pesantren, sehingga kondisi Pesantren
semakin lama semakin maju.
Beberapa alasan di atas telah mendorong
Penulis untuk memondokkan anaknya, semoga anaknya kelak menjadi anak yang saleh
yang berbakti pada kedua orang tua, nusa, bangsa dan agama.
Disamping beberapa alasan di atas,
sebenarnya masih ada dua hal penting yang mendukung Penulis untuk menentukan
pilihan lembaga Pondok Pesantren yang akan di jadikan tempat yang aman dan
nyaman bagi anak-anaknya, antara lain:
1. Perhatian Kiai tidak hanya urusan ilmu,
Ibadah dan akhlaq santri, bahkan Kiai juga sangat memperhatikan ekonomi Santri
ketika sudah boyong dari Pesantren. Hal ini kita bisa melihat bahwa pegawai BMT
dan Pertokoan Basmalah itu hanya di prioritaskan untuk Alumni Santri Sidogiri.
Perhatian
Kiai dalam urusan ilmu, ibadah dan akhlaq tidak hanya diberikan kepada Santri
aktif, melainkan juga kepada semua Alumni Santri Sidogiri. Hal ini terbukti dan
sangat tampak jelas dengan Kegiatan Subuh Berjamaah dan Pengajian Kitab
Sidogiri yang di hadiri langsung oleh Kiai di seluruh Kabupaten se Indonesia
bahkan Para Alumni yang ada di Malaysia.
Semoga
kita semua senantiasa diakui sebagai santrinya, Amin!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar